Gedung yang terletak dijalan asia-afrika Bandung merupakan gedung yang pertama kali digunakan sebagai tempat rekreasi oleh perkumpulan orang-orang eropa pada tahun 1895 dengan nama SOCIETEIT CONCORDIA. Mereka adalah para pegawai perkebunan, perwira, pembesar, pengusaha dan kalangan lain yang cukup kaya. Pada hari libur terutama malam hari, gedung ini dipenuhi oleh mereka untuk menonton pertunjukan kesenian dan makan malam.
Pada tahun 1921 gedung ini dirancang oleh Van Gallen Last dan C.P. Wolff Schoemaker, keduanya adalah guru besar diTechische Hogeschool ( sekolah teknik tinggi ) yaitu ITB (sekarang). Keduanya adalah arsitektur belanda yang terkenal pada masa itu. Gedung ini sangat kental sekali dengan nuansa art deco dan gedung ini terlihat lantainya yang terbuat dari marmer buatan italia yang mengkilap, ruangan tempat minum-minum dan bersantai terbuat dari kayu cikenhout, sedangkan pada penerangannya dipakai lampu-lampu bias kristal yang tergantung gemerlapan. Gedung ini menempati areal seluas + 7.500 m2.
Pada tahun 1940 dilakukan pemugaran oleh perancang A.F. Aalbers dengan nuansa arsitektur international style. Pada masa pendudukan jepang, gedung ini berganti nama menjadi Dai Toha Kaikan(Kaman) yang berfungsi sebagai pusat kebudayaan. Pada masa proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 agustus 1945 gedung ini digunakan sebagai markas pemuda indonesia untuk menghadapi tentara jepang yang pada waktu itu enggan menyerahkan kekuasaannya kepada indonesia. Pada tahun 1946 -1950 setelah pemerintahan mulai terbentuk, gedung ini digunakan lagi sebagai gedung pertemuan umum. Dengan ditetapkannya Indonesia sebagai tempat KAA, pemerintah Republik Indonesia menunjuk kota bandung dan gedung concordia terpilih. Pada saat itu, gedung tersebut adalah gedung pertemuan termegah dan paling besar dikota bandung, serta sangat strategis karena terletak ditengah-tengah kota bandung dan dekat dengan hotel Savoy Homann dan hotel Preanger yang merupakan hotel terbaik dikota ini.
Kemudian, pada awal tahun 1955 gedung tersebut dipugar dan disesuaikan kebutuhannya sebagai tempat konferensi bertaraf internasional yang ditangani oleh jawatan pekerjaan umum propinsi Jawa Barat, dipimpin oleh Ir. R. Srigati Santoso, dan pelaksananya adalah Biro Ksatria dibawah pimpinan R. Machdar Prawiradilaga, P.T Alico dibawah pimpinan M.J. Ali, dan P.T AIA dibawah pimpinan R.M. Madyono. Kemudian gedung ini diubah namanya menjadi Gedung Merdeka oleh Ir. Soekarno ( Presiden RI saat itu ). Setelah adanya konstituante sebagai hasil pemilu 1955, gedung ini dijadikan gedung konstituante. Kemudian dijadikan tempat kegiatan badan perancang nasionalsetelah adanya dekrit presiden tanggal 5 juli 1960. Selanjutnya dijadikan gedung MPRS tahun 1960. Meskipun fungsi gedung ini berubah-ubah dari waktu kewaktu, seiring dengan perubahan yang dialami bangsa ini dalam perjuangan mempertahankan, menata, dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia. Tetapi nama Gedung Merdeka tetap terpancang pada bagian muka gedung, selain itu gedung ini juga pernah digunakan untuk Konferensi Islam Asia-Afrika.
Setelah meletus pemberontakan G30S/PKI, gedung ini dikuasaai oleh instansi militer dan sebagian dari gedung tersebut dijadikan sebagai tempat tahanan politik G30S/PKI. Pada bulan juli 1966, pemeliharaan Gedung Merdeka diserahkan oleh pemerintah pusat kepada pemda tingkat I Propinsi Jawa Barat yang kemudian diserahkan lagi ke pemda tingkat II KotaMadya Bandung. Pada tanggal 6 juli 1968, pimpinan MPRS dijakarta mengubah surat keputusan mengenai gedung ini dengan ketentuan bahwa yanng diserahkan adalah bangunan induknya, sedangkan bangunan dibelakang gedung ini tetap menjadi tanggungjawab MPRS. Pada bulan maret 1980, gedung ini kembali dipercaya untuk menjadi tempat peringatan KAA yang ke-25 dan pada puncak peringatannya diresmikan Museum Konferensi Asia Afrika oleh Presiden Republik Indonesia ke-2 yaitu Soeharto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar